Alkisah-Suatu ketika di sebuah desa kecil di Sumatera, hiduplah seorang pemuda bernama Tan Malaka yang sangat disanjungi , berpengaruh di desanya.
Ia dikenal sebagai seorang pemikir tajam dan pejuang yang gigih memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan rakyat disekitarnya.
Tan Malaka sangat disegani oleh warga desa karena keberaniannya melawan ketidakadilan.
Suatu malam yang tenang, desa itu digemparkan oleh suara keributan dari rumah Tan Malaka. Seorang pencuri nekat menyusup masuk, bermaksud menjarah harta benda yang dimiliki Tan.
Namun, tidak seperti kebanyakan pemilik rumah yang ketakutan, Tan Malaka justru bersiap menghadapi para segerombolan maling dihadapannya.
Dengan langkah tenang namun pasti, Tan Malaka menghampiri maling yang tengah sibuk menggeledah rumahnya.
Ia menatap tajam ke arah wajah para pemaling itu, dan berkata dengan suara yang penuh wibawa.
“Apa yang kau cari di sini? Apakah kau pikir aku akan membiarkanmu mengambil apa yang bukan hakmu?,”ucap Tan Malaka kepada si maling.
Maling itu terkejut, namun berusaha tetap tenang. Ia mencoba merayu Tan Malaka dengan kata-kata manis, berharap mendapatkan belas kasihan.
“Tuan, saya hanya butuh sedikit makanan untuk keluarga saya. Tolong, biarkan saya mengambil apa yang saya perlukan. Saya berjanji tidak akan mengganggu lagi.”dengan buai rayu si maling.
Namun, Tan Malaka tidak goyah. Ia tahu bahwa memberikan apa yang diminta perampas bukan haknya itu bukanlah solusi yang adil.
Tan Malaka pun berkata, “Ketahuilah, seorang tuan rumah yang baik tidak akan pernah berunding dengan maling yang menjarah rumahnya. “Jika aku membiarkanmu pergi dengan harta ini, apa yang kau bisa petik dari perbuatan mu dan dipelajari oleh orang-orang di desa ini? Bahwa setiap kesalahan bisa ditoleransi atau jadi bahan kompromi? “Bahwa mencuri adalah cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan?,”tegas Tan Malaka.
Pencuri itu pun terdiam seribu bahasa seakan tak berkutik melihat ketegasan dan keberanian Tan Malaka, menyadari kesalahan besar yang telah diperbuatnya,”tunduk segerombolan bandit di desa itu.
Tan Malaka melanjutkan perkataannya.
“Jika kau benar-benar membutuhkan bantuan, datanglah dengan jujur dan mintalah dengan cara yang benar. Aku dan warga desa pasti akan membantu. Tapi mencuri bukanlah jalan keluar. Sekarang, kembalikan semua yang telah kau ambil, dan berjanji di hadapanku untuk tidak mengulangi perbuatanmu.,”lanjut Tan Malaka.
Dengan rasa malu, pencuri itu mengembalikan semua barang yang telah diambilnya. Tan Malaka kemudian membawanya ke balai desa, di mana ia menceritakan kejadian tersebut kepada warga. Mereka sepakat untuk membantu pencuri itu menemukan pekerjaan dan memberikan bantuan bagi keluarganya.
Sejak saat itu, desa tersebut menjadi tempat yang lebih adil dan harmonis. Warga desa semakin menghormati Tan Malaka, yang dengan bijaksana menyikapi suatu permasalahan terjadi.
Inti dari alkisah ini menyiratkan bahwa keadilan harus ditegakkan dengan tegas dan adil, namun tetap penuh dengan rasa kemanusiaan.
Walau pun sakit dan pahit untuk diterima bagi yang berbuat jalan yang salah.
Apapun bentuk pembelaan yang salah tetaplah salah untuk mewujudkan suatu kebenaran dan keadilan yang hakiki.
(Alkisah-Tan Malaka)