Bangka Selatan – Djituberita.com, Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan khususnya wilayah kota toboali, menghadapi tantangan serius dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan perekonomian ini termanifestasi melalui merosotnya daya beli masyarakat yang memberikan dampak signifikan terutama bagi pedagang pasar tradisional.
Salah satu pedagang pasar lama toboali, Rizal, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini. “Memang sudah sekitar dua bulan ini terasa sepi pembeli. Tadinya, kami bisa jutaan per – hari meraup omzet, kini syukur kalau ada yang terjual. Jelas kami kesulitan karena modal tertahan,”ungkap Rizal kepada wartawan Djituberita.com, minggu (21/1/2024) pagi.
Rizal menduga bahwa penurunan daya beli masyarakat ini merupakan dampak langsung dari anjloknya harga timah dan harga komoditas masyarakat lainnya. “Mungkin ini dampaknya, karena memang mulai terasa saat harga timah turun tajam. Kami dari kalangan pedagang paling terasa, apalagi dengan harga-harga barang dagangan lainnya juga ikut naik,” tambahnya.
Para pedagang, termasuk dirinya menghadapi kesulitan ekonomi. Modal yang tertahan dan omzet yang turun drastis menciptakan ketidakpastian keberlanjutan usaha dagangnya. Sebagai contoh, harga bawang merah, yang tadinya memiliki modal 25 ribu per kilogram, kini telah mencapai 40 ribu per kilogram, kenaikan hampir mencapai 50%,”jelas Rizal.
“Dampaknya terasa di segala aspek, termasuk komoditas pangan lainnya yang harganya rata-rata naik. Kami benar-benar mengalami kesulitan,” keluh Rizal.
Dampak ekonomi ini juga merasuki kehidupan sehari-hari masyarakat toboali. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok menciptakan tekanan ekonomi tambahan bagi masyarakat, yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari – hari.
Kondisi ini menciptakan tantangan ekonomi yang kompleks. Pemerintah setempat dihadapkan pada tanggung jawab untuk mencari solusi yang dapat memitigasi dampak negatif pada perekonomian lokal. Dengan harga timah yang menjadi pemicu utama, pihak berwenang diharapkan untuk mengambil langkah-langkah intensif demi memulihkan stabilitas ekonomi untuk merangsang daya beli masyarakat kembali bergairah.
(Vilzar – red)