Dampak Negatif Apabila Negeri Ini Main-Mainkan Hukum: Hilang Tujuan, di Ambang Kehancuran
Opini,Djituberita.com – Di sebuah negeri bernama negeri Abu-Abu, hukum adalah permainan catur bagi para penguasa. Bidak-bidak keadilan digerakkan bukan berdasarkan aturan main, melainkan oleh kehendak tangan-tangan tak terlihat.
Raja dan menterinya hidup dalam istana megah, dikelilingi penasehat licik yang fasih mengutak-atik perkara. Sementara rakyat hanya bisa menonton, bertanya-tanya apakah hukum masih memiliki makna atau sudah menjadi mitos belaka.
Di negeri ini, penegak hukum bukan lagi penegak keadilan, melainkan juru tafsir bagi kepentingan elite. Keputusan bisa berubah seperti cuaca: mendung bagi si miskin, cerah bagi si kaya.
Kasus besar disulap menjadi kabut, sementara pelanggaran kecil menjadi badai yang menimpa orang-orang lemah.
Rakyat mulai ragu: apakah negeri ini masih punya arah? Ketika hukum tak lagi menjadi tiang penyangga, negeri ini pun mulai miring. Gedung keadilan retak, pondasi negara goyah. Para pemimpin masih tersenyum di layar kaca, sibuk mengarang narasi bahwa semuanya baik-baik saja.
Namun, di gang-gang sempit dan warung kopi, suara-suara sumbang makin nyaring. “Jika hukum bisa dibeli, untuk apa lagi kita percaya?” Kata seorang lelaki tua yang pernah berharap keadilan bisa membawa perubahan.
Di ujung jalan, seorang anak kecil bertanya pada ayahnya, “Apa itu hukum?”
Sang ayah terdiam. Dalam hatinya, ia tahu: di negeri abu-abu, jawaban itu sudah lama sirna. (red/*)