Toboali Bangka Selatan-Langit sore mulai merona dibatas cakrawala, mengiringi langkah seorang pemuda paruh baya bernama Beni yang menyusuri dermaga Pelabuhan Batu Perahu Toboali.Sebuah kota kecil di kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mungkin usia Beni tidak muda lagi, tetapi semangat mudanya masih terpancar jelas di matanya. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, seakan setiap kenangan yang terbawa angin laut semakin mengingatkannya pada luka lama.
Beni duduk di salah satu bangku kayu yang menghadap ke lautan luas. Di sini di tempat ini, ia pernah merajut mimpi-mimpi bersama seseorang yang begitu berarti baginya.
Namun, waktu telah berlalu dan takdir berkata lain. Cinta yang dulu menggebu-gebu kini tinggal kenangan yang membekas dalam hati.
Di sore itu, di bawah langit yang hampir redup, Beni mengingat kembali masa lalunya. Dulu, ia adalah seorang pemuda yang penuh dengan harapan dan impian. Bersama kekasih masa mudanya, mereka berdua sering menghabiskan waktu di pelabuhan ini berbagi cerita dan impian tentang masa depan.
Mereka percaya bahwa cinta mereka akan kekal abadi, tetapi hidup punya rencana lain,”ingat Beni.
Kekasihnya harus pergi meninggalkan kota kecil Toboali untuk mengejar cita-citanya. Jarak dan waktu akhirnya memisahkan mereka.
Beni mencoba merelakan, tetapi bayangan kehadiran kekasihnya selalu hadir dalam setiap pikirannya. Hingga kini, ia masih mencari tambatan hati yang bisa menggantikan tempat dihatinya namun selalu berakhir dengan kegalauan dan kesepian.
Saat matahari mulai tenggelam, Beni melihat sosok seorang wanita berdiri di ujung dermaga, tampak termenung seperti dirinya. Ada sesuatu yang familiar dari sosok itu, membuat hatinya berdebar. Perlahan, ia mendekat, dan ketika wanita itu berbalik, Beni merasa seakan melihat hantu dari masa lalunya.
“Aryani?” tanyanya dengan suara bergetar, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Wanita itu tersenyum, senyum yang begitu dikenalnya. “Beni… sudah lama sekali kita tidak bertemu.”ucap Aryani dengan bibir bergetar.
Dua sejoli yang lama tidak bertemu itu berbincang melepas rasa rindu, membiarkan kenangan dan perasaan yang dulu tersembunyi kini kembali mengalir.
Aryani pun bercerita tentang hidupnya di kota besar, tentang kerinduan yang tak pernah padam akan tempat ini, dan tentang cintanya yang masih tersisa untuk Beni.
Di bawah sinar cakrawala sore hari di pantai Batu Perahu Toboali, seakan seperti memantul di air riak gelombang, mereka menemukan kembali perasaan yang pernah hilang.
“Beni, mungkin kita diberi kesempatan kedua untuk cinta ini,” kata Anisa, matanya penuh harap.
Beni mengangguk, merasakan beban di hatinya perlahan terangkat. “Mungkin pelabuhan ini memang tempat kita berlabuh, Aryani. Mungkin ini adalah takdir kita,”ungkap Beni pada kekasih hatinya.
Di pelabuhan Batu Perahu Toboali, di tempat yang penuh kenangan, Beni dan Aryani memulai babak baru dalam hidup mereka. “Mereka tahu bahwa perjalanan cinta tidak selalu mudah, tetapi mereka siap menghadapinya bersama.
Pelabuhan Batu Perahu Toboali ini , yang dulu menjadi saksi bisu kegalauan hati Beni kini menjadi tempat berlabuhnya cinta yang baru yang penuh harapan.
Dengan tangan saling menggenggam, mereka menatap ke cakrawala, siap menghadapi apapun yang akan datang. Karena mereka tahu, bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya untuk kembali berlabuh.
Namun, takdir seakan bermain kejam dengan hati mereka. Beberapa minggu setelah pertemuan itu, Beni mendapati sebuah kenyataan pahit yang menghancurkan harapannya
Aryani datang dengan wajah muram, matanya bengkak karena menangis.
“Beni, aku harus memberitahumu sesuatu,” katanya dengan suara yang nyaris tak terdengar. “Aku menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan. Dokter memberiku waktu tak lebih dari beberapa bulan.”lirih Aryani.
Apa maksud mu Aryani,” jawab Beni
Aku tidak mengerti.
Setelah Aryani panjang lebar mencurahkan isi hatinya yang teriris, akhirnya Beni pun sadar bahwa Aryani akan meninggalkannya kembali ,tapi kali ini bukan sesaat tapi untuk terakhir kalinya.
Perasaan Beni runtuh seketika seakan gelap, semua impian dan harapan yang baru saja mulai bersemi, kini terasa hancur berkeping-keping. Hatinya diliputi kepedihan yang tak terperih, melihat wanita yang dicintainya harus menghadapi akhir yang menyedihkan.
Mereka berdua menangis, berpelukan di tepi pantai Batu Perahu, air mata mereka menyatu dengan ombak yang pecah di batu karang.
Meski dirundung rasa sedih yang mendalam, Beni bertekad untuk membuat sisa waktu Aryani penuh kebahagiaan. Mereka menghabiskan setiap hari bersama, mencoba melupakan bayangan kematian yang terus menghantui.
Namun, setiap senyuman Anisa terasa seperti pedang yang menusuk jantung Beni, mengingatkannya pada kenyataan pahit yang harus dihadapi.
Beni melihat tubuh Aryani semakin lemah dari hari ke hari, tetapi ia tetap tegar, mencoba memberikan kekuatan kepada wanita yang dicintainya. Di pelabuhan yang dulu menjadi tempat cinta mereka bersemi, kini menjadi saksi bisu perjuangan mereka melawan waktu.
Beni menyadari bahwa cinta sejati tidak hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang menerima dan menghadapi penderitaan bersama.
Kembali sore itu yang tengah berduka, di bawah cahaya remuk redam, Aryani menghembuskan napas terakhirnya di pelukan Beni.
Suara ombak yang tenang seakan mengiringi kepergiannya, membawa cinta mereka ke tempat yang lebih damai.
Beni menangis dan berteriak ke langit jingga, hatinya hancur berkeping-keping. Pelabuhan yang dulu menjadi tempat penuh kenangan manis, kini menjadi saksi kepedihan yang tak terhingga.
Beni menatap laut yang luas, merasakan kehampaan yang begitu dalam. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa cinta mereka akan selalu hidup, meski Aryani telah pergi. Cinta yang begitu kuat, yang pernah berlabuh di pelabuhan Batu Kapur Toboali, kini berlayar menuju keabadian.
Dengan langkah yang berat, Beni meninggalkan pelabuhan perahu Toboali, membawa kenangan dan cinta Aryani dalam hatinya.
Ia berjanji, meski hidup harus terus berjalan, cinta sejati mereka akan selalu menjadi cahaya yang membimbingnya.
Pelabuhan Batu Perahu Toboali menjadi tempat yang penuh luka dan kenangan, tetapi juga tempat di mana cinta sejati menemukan arti yang sebenarnya”Kemana Cinta ini akan berlabuh? ,”tutup cerita Beni dalam hening sore di pantai Batu Perahu Toboali.
Penulis-Vilzar Djituberita.com