[contact-form][contact-field label=”Nama” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Surel” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Situs web” type=”url” /][contact-field label=”Pesan” type=”textarea” /][/contact-form]
[contact-form][contact-field label=”Nama” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Surel” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Situs web” type=”url” /][contact-field label=”Pesan” type=”textarea” /][/contact-form]
Opini-Djituberita.com, Fenomena politik framing yang berlebihan seringkali menjadi perdebatan hangat di kalangan jurnalis dan masyarakat.
Framing politik adalah cara penyajian informasi yang mempengaruhi persepsi publik tentang suatu isu atau peristiwa politik. Ketika framing ini berlebihan
terseret bias disinformasi ” antara ada dan tiada”.
Hal ini juga dapat menimbulkan berbagai dampak yang kompleks, baik dari sisi positif maupun negatif.
Dari sisi positif, framing politik yang berlebihan dapat memunculkan semangat dan optimisme di tengah masyarakat.
Contohnya, ketika seorang pemimpin politik mengumumkan program besar untuk menangani kemiskinan, framing yang berlebihan dalam pemberitaan dapat memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program tersebut.
Framing yang berlebihan juga dapat menciptakan narasi yang kuat dan meyakinkan, sehingga memperkuat legitimasi kebijakan yang diambil oleh pemimpin politik.
Namun, di balik sisi positifnya, framing politik yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Salah satunya adalah pembentukan opini publik yang tidak berdasar pada fakta dan data yang valid. Misalnya, ketika media massa secara berlebihan memuji kebijakan pemerintah tanpa melakukan penelusuran mendalam, hal ini dapat membuat masyarakat terkesan bahwa kebijakan tersebut sempurna tanpa melihat sisi lain yang mungkin kurang baik.
Dampak negatif lainnya adalah polarisasi masyarakat. Framing politik yang berlebihan cenderung mengekspos perbedaan pendapat yang tajam antara kelompok yang satu dengan yang lain.
Hal ini dapat memperkeruh suasana politik dan sosial, serta menghambat dialog yang konstruktif antar berbagai pihak.
Oleh karena itu, penting bagi media massa dan jurnalis untuk menghindari framing politik yang berlebihan. Mereka perlu memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan didasarkan pada fakta dan data yang valid, serta mencakup berbagai sudut pandang yang beragam.
Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif dan tidak terpaku pada satu narasi saja.
Dalam konteks ini, seorang jurnalis memiliki peran yang sangat penting. Mereka harus mampu menjaga keseimbangan antara idealisme dalam penyajian informasi dan realitas yang ada.
Idealisme dalam hal ini adalah semangat untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan memotivasi perubahan positif. Namun, realitas juga harus tetap menjadi pijakan utama dalam menyajikan informasi, dengan tidak mengorbankan integritas dan objektivitas.(Vilzar-red)