Tutup
Djitu Berita
WhatsApp Image 2024-02-01 at 14.25.18
WhatsApp Image 2024-02-01 at 14.25.18
PlayPause
ArtikelBangka Selatan

Deisya Raga Hidayat: Pelarian Sejenak Sang Jurnalis

445
×

Deisya Raga Hidayat: Pelarian Sejenak Sang Jurnalis

Sebarkan artikel ini
Caption: Di tengah hamparan hijau sawah dan beningnya Sungai Nyireh, Deisya Raga Hidayat, Seorang jurnalis Toboali Bangka Selatan,menemukan sejenak ketenangan dari hiruk-pikuk dunia jurnalistik.

Alkisah – seorang wartawan lokal (Jurnalis -red) Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Deisya Raga Hidayat berdiri di tepi Sungai Nyireh Toboali, Pemandangan hamparan sawah yang hijau terbentang luas di hadapannya, memberi kontras yang menenangkan dari hiruk-pikuk kehidupan jurnalis yang sering kali menguras otak dan emosinya.

Sore itu, Selasa (6/8/24), di tengah derasnya arus sungai, Deisya merenung, membiarkan angin sepoi-sepoi untuk membawanya pergi dari kepenatan dan kegundahan.

Deisya memutuskan untuk “ngebolang” untuk melarikan diri sejenak dari beban pekerjaan yang melelahkan dan dunia abu-abu yang melingkupinya. Sejak menjadi jurnalis, ia sering terjebak dalam dilema moral dan etika, dihadapkan pada realitas yang tak seindah untaian tulisan.

Rasanya seperti terperangkap dalam permainan yang penuh intrik dan manipulasi, membuat hatinya kian gelisah dan lelah,”ungkapnya.

Di pinggir sungai, ia menyiapkan sebuah pancing yang dibawanya dan mencoba merasakan kembali kenangan masa kecilnya, dengan airnya yang jernih dan aliran yang tenang menjadi tempat pelarian yang sempurna bagi Deisya.

Dengan penuh kesabaran, ia melemparkan kailnya, berharap bisa menangkap ikan dan, lebih dari itu menangkap sejenak kedamaian yang telah lama hilang,”kata dia.

Sambil menunggu, pikirannya melayang ke berbagai masalah yang ia hadapi. Profesi keseharian yang dia geluti memaksanya masuk ke dalam wilayah dunia abu-abu, di mana kebenaran dan kepentingan pribadi sering kali bercampur aduk.

Namun, di tengah kekacauan itu, ada panggilan dari nuraninya sebagai jurnalis untuk tetap jujur dan setia pada kebenaran,”cetus Deisya.

Saat senja mulai turun, Deisya berhasil menangkap seekor ikan kecil. Ia tersenyum tipis, merasakan kebahagiaan sederhana yang mengingatkannya pada esensi hidup yang ia lupakan. Dalam keheningan alam dan riak air sungai, Deisya menemukan ketenangan. Meskipun hanya sejenak, pelarian ini memberinya ruang untuk bernapas sementara dan merenung.

Di akhir kepulangan menuju kerumah, dengan ikan di tangannya, Deisya merasa sedikit lebih ringan. Ia tahu bahwa dunia jurnalis akan selalu penuh dengan tantangan dan dilema.

Namun, di sini, di tepi Sungai Nyireh, ia menemukan kekuatan untuk terus melangkah. Dengan semangat yang baru, ia kembali ke dunia yang penuh warna, siap menghadapi permainan abu-abu dengan kepala tegak dan hati yang lebih kuat.

“Dia akan terus bertahan dan bertarung secara figh ke dunia yang penuh fatamorgana namun nyata dihadapannya.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *