Nasional-Djituberita.com,
Film ‘Dirty Vote’merupakan sebuah karya sinematik yang menggugah, disutradarai oleh Dandhy Laksono, yang telah menjadi pusat perhatian sejak rilisnya pada tanggal 11 Februari 2024.
Dalam durasi hampir dua jam, film ini menyoroti ketidaksempurnaan sistem demokrasi di Indonesia, khususnya dalam konteks Pemilihan Umum (Pemilu), melalui sudut pandang tajam dari 3 pakar akademisi tata negara yang berasal dari universitas ternama.
Para pakar ini, Zainal Arifin dari Universitas Gajah Mada (UGM), Feri Amsari dari Universitas Andalas, dan Bivitri Susanti dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia, membawa penonton dalam perjalanan mendalam ke dalam kompleksitas politik Indonesia.
Dengan latar belakang akademis yang kuat, mereka mengungkap berbagai aspek sistem politik yang terkait dengan Pemilu, mulai dari kelemahan struktural hingga praktik-praktik manipulasi yang merajalela.
Salah satu sorotan utama dalam film ini adalah tentang bagaimana fasilitas negara dimanfaatkan sebagai alat politik. Para pakar mengungkap bagaimana program-program bantuan sosial dan proyek-proyek pembangunan digunakan untuk mempengaruhi opini publik dan memperkuat posisi politik pemerintah atau calon tertentu.
Dalam film tersebut juga menyoroti tidak hanya kelemahan dalam sistem pengawasan dan akuntabilitas, tetapi juga penyalahgunaan kekuasaan yang dapat merusak integritas proses demokratis.
Selain itu, film ini juga menggali dugaan keterlibatan pejabat negara dalam kampanye politik, menimbulkan pertanyaan tentang netralitas dan integritas lembaga pemerintah dalam menyelenggarakan Pemilu yang adil dan transparan.
Lebih lanjut dalam film ini narasi mengkisahkan tentang bagaimana konflik kepentingan di lembaga konstitusi, seperti Mahkamah Konstitusi (MK), ini menunjukkan bahwa kompleksitas politik yang melibatkan berbagai kekuatan dan aktor di dalamnya.
Melalui analisis data yang mendalam, Zainal, Feri, dan Bivitri menghadirkan bukti-bukti yang menggugah kesadaran akan tantangan besar yang dihadapi dalam menjaga integritas demokrasi di Indonesia.
Mereka tidak hanya mengekspos masalah-masalah tersebut, tetapi juga menawarkan panggilan untuk tindakan, mengajak penonton untuk lebih kritis dalam memahami dinamika politik yang ada.
Pada akhirnya, ‘Dirty Vote’ bukan hanya sekedar film dokumenter biasa, namun cerminan dari kompleksitas politik Indonesia yang membutuhkan perhatian dan keterlibatan aktif dari semua elemen masyarakat untuk memperbaiki dan memperkuat sistem demokrasi.
Film ini telah memicu pro-kontra, diskusi dan kontroversi yang mendalam dikalangan masyarakat jelang pemilu dan dimasa tenang.
Tergantung mindset ,asumsi publik yang menilai film ini sekedar sensasional atau faktual.(***)