Sastra-Djituberita.com, Di malam takbiran berkumandang saling sahut bergema,langit pun mulai menampakan cahaya temaram. Aku duduk termenung di ruang tak berpenghuni dan merasakan hawa dingin menusuk tulang, di saat itu pula aku merasakan kesendirian menyayat hati.
Lampu remang-remang menerangi ruangan sepi. Suasana seharusnya riang gembira penuh cinta, tapi bagi ku, malam ini hanya menyisakan kesedihan.
Aku ingat pada malam-malam takbiran lalu saat masih bersamanya. Namun, sekarang dia telah pergi meninggalkan ku untuk selamanya.
Hujan mulai reda, mengguyur tanah dengan lembut. Tetes-tetes air hujan itu seolah ingin menyapa, mengingatkannya pada kenangan manis bersamanya di malam takbiran dulu.
Aku meraung, tidak hanya karena kedinginan fisik, tetapi juga kedinginan dalam hati yang merindukan kehangatan.
Seraya menggigil, Aku tetap berdoa dalam hati, memohon kepada sang pencipta agar aku menemukan kebahagiaan diujung usiaku.
Meskipun kedinginan itu menusuk tulang, namun rasa sakit di hati jauh lebih dalam. Aku merasa sendiri di malam yang dingin seharusnya penuh dengan kebersamaan di malam kemenangan.”Sekian dan terimakasih”.
(Oleh-Vilzar)